Kamis, 04 September 2008

Kondom Bukan Solusi Cegah Penyebaran HIV/AIDS



(Refleksi Peringatan Hari Aids Sedunia)
Achmad Harun Muchsin
(Representative of Asian Medical Students Association Universitas Muslim Indonesia)


AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh (Immunodeficiency) oleh virus yang disebut HIV.Kerusakan pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan orang dengan HIV/AIDS (Odha) amat rentan terjangkit berbagai-macam penyakit. Bahkan, serangan penyakit yang tidak berbahaya pun, lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah hingga meninggal. Oleh karena penyakit yang menyerang bervariasi, AIDS kurang tepat jika disebut penyakit. Definisi yang benar adalah sindrom atau kumpulan gejala penyakit.

HIV atau Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut sel T-4 atau disebut juga sel CD-4.

  • Penyebaran HIV/AIDSHIV/AIDS

menular tidak lagi hanya melalui hubungan seks antara pengidap HIV/AIDS kepada mereka yang belum dijangkiti. Penularan juga bisa terjadi lewat transfusi darah pengidap HIV/AIDS kepada mereka yang belum dijangkiti, penggunaan jarum antara pengidap HIV/AIDS kepada mereka yang belum dijangkiti, ibu hamil yang mengidap HIV/AIDS kepada bayi yang dikandung melalui tali pusat, dan ibu yang mengidap HIV/AIDS ketika menyusukan anaknya.


Darah pengidap HIV/AIDS yang terkena pada kulit yang luka (walaupun luka kecil) seperti kulit yang kering dan pecah dan rongga jerawat, juga memungkinkan perpindahan virus HIV. Atau melalui darah pengidap HIV/AIDS yang terpercik ke anggota badan yang basah, yaitu mulut, rongga hidung dan mata. Tapi, HIV/AIDS tidak menular melalui penggunaan bekas sendok, garpu, gelas, piring, dan telepon, gagang pintu pengidap HIV/AIDS.

Penderita AIDS semakin hari semakin melonjak. Sejak heboh kasus AIDS pada tahun 1981, yang menelan korban 20 juta orang, kini AIDS tercatat sebagai penyakit paling menakutkan, di mana obatnya belum pernah ada. Bahkan dalam laporan UNAIDS (Badan PBB untuk program AIDS yang dibentuk tahun 1996), menyebutkan bahwa pada tahun 2001 saja, diperkirakan 21 juta orang penduduk dunia meninggal karena AIDS, termasuk 17 juta di wilayah sub-Sahara Afrika. Dilaporkan juga bahwa 36 juta orang di seluruh dunia terinfeksi HIV, dan setidaknya 26 juta orang adalah mereka yang hidup di Afrika.


Wabah HIV/AIDS terus merebak secara global. Hal ini membuat UNAIDS kembali mengeluarkan perkiraan bahwa sedikitnya 40 juta orang di seluruh dunia tertular HIV atau AIDS.

Vadim Pokrovsky, kepala pusat federal untuk pemberantasan HIV/AIDS mengatakan bahwa di Rusia, lebih dari 260 ribu orang tertular virus HIV. Untuk kasus di Rusia ini, disebutkan bahwa hanya 20 per 100 ribu warga Rusia positif tertular HIV pada awal tahun 2000 dan rata-rata itu meningkat hampir 10 kali lipat menjadi 180 per 100 ribu pada November 2003.


Di Vietnam, wabah HIV/AIDS terus meningkat, dengan dideteksinya HIV di seluruh 64 provinsi dan seluruh kota. Jumlah orang yang hidup dengan HIV telah meningkat dua kali lipat sejak 2000, dan mencapai sekitar 260.000 pada 2005. Sekira 40.000 orang terinfeksi HIV tiap tahunnya.

Di Indonesia, sebuah survei yang dilakukan di Tanjung Balai Karimun menunjukkan peningkatan jumlah pekerja seks komersil (PSK) yang terinfeksi HIV yaitu dari 1 persen pada tahun 1995/1996 menjadi lebih dari 8,38 persen pada tahun 2000. Sementara itu, survei yang dilakukan pada tahun 2000 menunjukkan angka infeksi HIV yang cukup tinggi di lingkungan PSK di Merauke yaitu 26,5 persen.


Menurut Departemen Kesehatan Indonesia pada tahun 2003, diperkirakan ada 90.000-130.000 pengidap HIV/AIDS dari 200 juta penduduk Indonesia. Di Papua, HIV telah menyebar ke populasi umum. Hampir 1 persen orang dewasa di beberapa desa ditemukan hidup dengan HIV. Faktor utama dalam epidemi lokal ini tampaknya adalah seks komersil tidak aman dalam suatu budaya di mana sebanyak 10-15 persen dari laki-laki muda (15-24 tahun) membeli seks.

Di Kamboja, menurut WHO dan UNAIDS pada tahun 2003, PSK yang telah menggunakan kondom pada saat bekerja meningkat menjadi 90 persen. Padahal di tahun 2005, dari 46 juta jiwa ODHA di seluruh dunia, 1,6 persen adalah warga Kamboja. Sedang, USA hanya 0,6 persen.


Petanyaannya, mengapa laju perkembangan pengidap HIV/AIDS semakin berkembang di tengah maraknya kampanye safety sex dengan peningkatan penggunaan kondom?. Bukankah kondom adalah alat yang digunakan untuk mencegah HIV/AIDS? Bahkan di Indonesia sudah ada berbagai daerah yang mencanangkan ATM kondom, contohnya di Bali. Tetapi, tetap saja HIV/AIDS terus menambah kasusnya.

  • Kondom Bukan Solusi

Penanggulangan HIV/AIDS selama ini yang dikenal dengan pendekatan ABC (Abstain, be faithful, use condom) tidak efektif, khususnya kondom. Pori-pori kondom ternyata lebih besar dari pada ukuran virus HIV/AIDS itu sendiri.


Dalam konferensi AIDS Asia Pacific di Chiang Mai, Thailand (1995) dilaporkan bahwa penggunaan kondom aman tidaklah benar. Disebutkan bahwa pada kondom (yang terbuat dari bahan latex) terdapat pori-pori dengan diameter 1/60 mikron dalam keadaan tidak meregang, sedangkan bila dalam keadaan meregang lebarnya pori-pori tersebut mencapai 10 kali. Sementara kecilnya virus HIV berdiameter 1/250 mikron. Dengan demikian jelas bahwa virus HIV dapat dengan leluasa menembus pori-pori kondom.


Sedangkan para penyelidik di Naval Research Laboratory (NRL) dengan menggunakan mikroskop elektron berkekuatan tinggi, telah menemukan bahwa pori-pori pada kondom latex mempunyai kecacatan yang tinggi yaitu dengan pori-pori berdiameter 70 mikron (1000 mikron = 1 mm). Besar pori-pori ini adalah 700 kali lebih besar dari ukuran virus HIV. Malah menurut mereka, adakalanya pori-pori pada kondom ini pada keadaan tertentu bisa dilalui oleh sperma. Jika kondom tidak 100 persen dapat mencegah kehamilan, apalagi untuk mencegah penularan HIV/AIDS?


Penelitian yang dilakukan oleh Carey dari Division of Pshysical Sciences, Rockville, Maryland, USA, menemukan kenyataan bahwa virus HIV dapat menembus kondom. Dari 89 kondom yang diperiksa (yang beredar di pasaran) ternyata 29 dari padanya terdapat kebocoran, atau dengan kata lain tingkat kebocoran kondom mencapai 30 persen.


Menurut Prof Dr dr Dadang Hawari, kondom harus disimpan di tempat yang berhawa dingin (20 derajat C) dan kering, sedangkan kondom dipakai pada alat kelamin laki-laki pada suhu 37 derajat C dan liang senggama perempuan juga pada suhu 37 derajat C, tidak ada jaminan tidak ditembus HIV. Kondom idealnya mempunyai cacat lubang kecil mikroskopis (pinholes) maksimum 0,4 persen berdasarkan uji kebocoran dengan pengisian 30 ml air pada suhu kamar, dengan luas kondom ideal sebesar 80 cm2.


  • Solusi

M Potts, Presiden Family Health International, salah seorang pencipta kondom, mengakui bahwa pihaknya tidak dapat memberitahukan kepada khalayak ramai sejauh mana kondom dapat memberikan perlindungan pada seseorang. Sebab, menyuruh mereka yang telah masuk ke dalam kehidupan yang memiliki risiko tinggi (seks bebas dan pelacuran) ini untuk memakai kondom sama saja artinya dengan menyuruh orang yang mabuk memasang sabuk ke lehernya.


V Cline, profesor psikologi dari Universitas Utah, Amerika Serikat, menegaskan bahwa memberi kepercayaan kepada remaja atas keselamatan berhubungan seksual dengan menggunakan kondom adalah sangat keliru. Jika para remaja percaya bahwa dengan kondom mereka aman dari HIV/AIDS atau penyakit kelamin lainnya, berarti mereka telah tersesatkan.


Solusi menghindari HIV/AIDS adalah menggunakan jarum suntik sekali pakai dan tidak melakukan seks bebas! Penggunaan kondom hanya menjadi alat kampanye seks bebas yang menjadi kendaraan HIV dalam penyebarannya. Manusia, sebagai ciptaan-Nya tidak luput dari hukum sebab-akibat, yang diatur dalam hukum-hukum-Nya. Menjauhi zina (free sex), adalah salah satu perintah-Nya, yang menjadi solusi dari masalah penyebaran HIV/AIDS.

Tidak ada komentar: