
(Refleksi Peringatan Hari Aids Sedunia)
Achmad Harun Muchsin
(Representative of Asian Medical Students Association Universitas Muslim Indonesia)
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh (Immunodeficiency) oleh virus yang disebut HIV.Kerusakan pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan orang dengan HIV/AIDS (Odha) amat rentan terjangkit berbagai-macam penyakit. Bahkan, serangan penyakit yang tidak berbahaya pun, lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah hingga meninggal. Oleh karena penyakit yang menyerang bervariasi, AIDS kurang tepat jika disebut penyakit. Definisi yang benar adalah sindrom atau kumpulan gejala penyakit.
HIV atau Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut sel T-4 atau disebut juga sel CD-4.
- Penyebaran HIV/AIDSHIV/AIDS
Darah pengidap HIV/AIDS yang terkena pada kulit yang luka (walaupun luka kecil) seperti kulit yang kering dan pecah dan rongga jerawat, juga memungkinkan perpindahan virus HIV. Atau melalui darah pengidap HIV/AIDS yang terpercik ke anggota badan yang basah, yaitu mulut, rongga hidung dan mata. Tapi, HIV/AIDS tidak menular melalui penggunaan bekas sendok, garpu, gelas, piring, dan telepon, gagang pintu pengidap HIV/AIDS.
Wabah HIV/AIDS terus merebak secara global. Hal ini membuat UNAIDS kembali mengeluarkan perkiraan bahwa sedikitnya 40 juta orang di seluruh dunia tertular HIV atau AIDS.
Di Vietnam, wabah HIV/AIDS terus meningkat, dengan dideteksinya HIV di seluruh 64 provinsi dan seluruh kota. Jumlah orang yang hidup dengan HIV telah meningkat dua kali lipat sejak 2000, dan mencapai sekitar 260.000 pada 2005. Sekira 40.000 orang terinfeksi HIV tiap tahunnya.
Menurut Departemen Kesehatan Indonesia pada tahun 2003, diperkirakan ada 90.000-130.000 pengidap HIV/AIDS dari 200 juta penduduk Indonesia. Di Papua, HIV telah menyebar ke populasi umum. Hampir 1 persen orang dewasa di beberapa desa ditemukan hidup dengan HIV. Faktor utama dalam epidemi lokal ini tampaknya adalah seks komersil tidak aman dalam suatu budaya di mana sebanyak 10-15 persen dari laki-laki muda (15-24 tahun) membeli seks.
Petanyaannya, mengapa laju perkembangan pengidap HIV/AIDS semakin berkembang di tengah maraknya kampanye safety sex dengan peningkatan penggunaan kondom?. Bukankah kondom adalah alat yang digunakan untuk mencegah HIV/AIDS? Bahkan di Indonesia sudah ada berbagai daerah yang mencanangkan ATM kondom, contohnya di Bali. Tetapi, tetap saja HIV/AIDS terus menambah kasusnya.
- Kondom Bukan Solusi
Dalam konferensi AIDS Asia Pacific di Chiang Mai, Thailand (1995) dilaporkan bahwa penggunaan kondom aman tidaklah benar. Disebutkan bahwa pada kondom (yang terbuat dari bahan latex) terdapat pori-pori dengan diameter 1/60 mikron dalam keadaan tidak meregang, sedangkan bila dalam keadaan meregang lebarnya pori-pori tersebut mencapai 10 kali. Sementara kecilnya virus HIV berdiameter 1/250 mikron. Dengan demikian jelas bahwa virus HIV dapat dengan leluasa menembus pori-pori kondom.
Penelitian yang dilakukan oleh Carey dari Division of Pshysical Sciences, Rockville, Maryland, USA, menemukan kenyataan bahwa virus HIV dapat menembus kondom. Dari 89 kondom yang diperiksa (yang beredar di pasaran) ternyata 29 dari padanya terdapat kebocoran, atau dengan kata lain tingkat kebocoran kondom mencapai 30 persen.
- Solusi
M Potts, Presiden Family Health International, salah seorang pencipta kondom, mengakui bahwa pihaknya tidak dapat memberitahukan kepada khalayak ramai sejauh mana kondom dapat memberikan perlindungan pada seseorang. Sebab, menyuruh mereka yang telah masuk ke dalam kehidupan yang memiliki risiko tinggi (seks bebas dan pelacuran) ini untuk memakai kondom sama saja artinya dengan menyuruh orang yang mabuk memasang sabuk ke lehernya.
V Cline, profesor psikologi dari Universitas Utah, Amerika Serikat, menegaskan bahwa memberi kepercayaan kepada remaja atas keselamatan berhubungan seksual dengan menggunakan kondom adalah sangat keliru. Jika para remaja percaya bahwa dengan kondom mereka aman dari HIV/AIDS atau penyakit kelamin lainnya, berarti mereka telah tersesatkan.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar